Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita UtamaDaerahPeristiwaSosial & Budaya

Lambat Bangun Gereja Katolik St. Paulus Atou Paroki Modio, Akibat Longsor.

42
×

Lambat Bangun Gereja Katolik St. Paulus Atou Paroki Modio, Akibat Longsor.

Sebarkan artikel ini
Foto: Dok (Kerangka Gereja Santo Palus Atou) Distrik Mapia, Paroki Modio Kabupaten Dogiyai/PRP

 

 

Example 300x600

NABIRE,PAPUA.RELASIPUBLIK.com – Karena akibat longsor, pembangunan gereja katolik St. Paulus Kampung Atou Paroki Modio Distrik Mapia tengah kabupaten Dogiyai menghambat. Sebab alat angkut tidak bisa masuk di lokasi gereja di mana mereka mau bangun. Ujarnya kepada wartawan media ini, melalui via elektronik, Minggu (20/09/2020).

“Paskalis Edowai, beliau adalah Ketua gerakan tunggu api menuju gelap menghasilkan terang (KGTA-MGMT) pembangunan gereja katolik St. Paulus Kampung Atou Paroki Modio Distrik Mapia tengah kabupaten Dogiyai mengatakan bahwa, sejak awal bulan juli 2020 lalu, setelah turun hujan dan hujannya sangat deras akibatnya dilokasi itu tenggelam oleh longsor hampir warga disekitar lokasi itu pun ikut tenggelam banjir itu,”katanya.

Ketua gerakan tunggu api menuju (Gelap Menghasilkan Terang) Paskalis Edowai berharap cemas akan nasib tampak bandeng yang kini dipenuhi longsor rute dari sungai POU menuju Atou airnya yang semakin tawar bisa-bisa longsor berkelanjutan seperti mematikan aktivitas pembangunan gereja di sebulan lalu.

“Lanjut Edowai, dari tepi jalan hujan terjadi mendatangi longsor itu. Masyarakat setempat telah mengerjakan alias timbung kembali secara fisik untuk meratakan, agar supaya Truck pemuatan bahan pembangunan “Gereja Santo Palus” Atou gelap menuju terang berjalan lancar dan tak hambat,” tuturnya.

Foto: (Jalan trans Atou air sudah hampir rata dengan pematang-pematangnya. Masyarakat Atou mengontrol secara fisik semakin ciut melihat curah hujan yang berbulir-bulir besar jatuh menimpa permukaan air, menimbulkan riak kecil)

Ketua gerakkan tunggu api KGTA menuju terang “Paskalis Edowai” himbaukan kepada rekan-rekan kerja fisik bahwa, Pembangunan Jalan rute kampung Atou harus tetap berlanjut, Simon Nokuwo, DPRD Dogiyai, Modestus Edowai, S.Sos didampingi ketua panitia gerakan tunggu api pembangunan Gereja Santo Palus Atou saat melakukan peninjauan jalan sekaligus melakukan saat meratakan dengan masyarakat di kampung Atou, Kabupaten Dogiyai, Senin (14/08/2020) lalu.

“Paskalis Edowai juga meminta kepada Bupati kabupaten Dogiyai (Yakobus Dumupa agar pembangunan jalan tembus dari kampung Atou hingga Moanemani di kabupaten Induk yang menggunakan skema multi years tetap dilanjutkan meskipun harus mengalami berbagai rintangan,” kata Edowai saat sosialisasi gerakan tunggu api juni 2020 lalu,”pintanya.

Saya kerja biar hujan semua alur tertutup jalan trans penlongsoran berarti memang rasa dan menentu memikul salib kehidupan amat berat. Kita kerja bukan secara KOMAT`SU Hitachi namun kendali dibawah kaki pemerintah daerah, kita kerja secara fisik diatas modern.

“Ia mengatakan, jalan tersebut amat dibutuhkan oleh masyarakat Atou agar tak menjadi daerah yang terisolir lagi, Harapannya kepada pemerintah daerah kabupaten Dogiyai (Yakobous Dumupa) terus partisipasi segera,”tegasnya.

Yang jelas lanjut Edowai, bapak Simon Nokuwo Dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) sudah lihat langsung di TKP (kondisi jalan Atou). Karena itu, program yang telah bapak susun ini harus tetap bapak lanjutkan kepada pemerintah daerah,”kata Paskalis saat pewarta dengan dewan perwakilan rakyat, di perbatasan Atoudimi pada hari Senin (14/08/2020) lalu.

“Mudestus Edowai S.Sos di bidang Dinas Pencatatan Sipil (Ducapil) kabupaten Dogiyai mengatakan, jalan tembus tersebut banyaknya terjadi kelongsoran bahkan di kali Sungai Mapia Jembatannya masih pada darurat, maka itu pemerintah daerah kabupaten Dogoyai tak mampu menjadi solusi untuk mengelola jalan trans Mapia menuju keliling tembus Sukikai selatan dari daerah yang terisolir,”ungkapnya.

Dengan adanya akses jalan yang bagus, “kondisi ekonomi masyarakat Atou dipedalaman sekitarnya juga akan bangkit. Kita harapkan program untuk mengontrol menggunakan Komat`su jalan menuju Atou ini bisa mengangkat ekonomi masyarakat, pada umumnya Mapia lama di kabupaten Dogoyai.

“Dalam kesempatan itu, Frans Edowai sebagai tokoh pemuda Atou juga berterimakasih kepada Simon Nokuwo, dewan perwakilan rakyat (DPR) yang bersedia meninjau langsung kondisi di lapangan. “Inilah keadaan Kampung Atou, Distrik Mapia Tengah, Kabupaten Dogiyai, yang jelas doa kami selalu untuk bapak, Semoga Allah badai berlalu.”ucapnya.

Hal seperti itu juga disampaikan oleh Frans, tokoh pemuda  kedua desa Atou (Unito Wo dan Unito Hamo. Ia berterimakasih juga kepada Simon Nokuwo yang telah meluangkan waktu untuk meninjau langsung kondisi jalan lintas Atou.

“Harapan pembangunan Gereja Santo Palus Atou yang telah kendala jalan tersebut, kata dia, sangat dibutuhkan oleh masyarakat Atou, Ia berharap pembangunan dengan skema multi years tersebut tetap dilanjutkan meskipun ada berbagai rintangan, “Harapan Simon Nokuwo, semoga,”katanya.

Kebijakan saya Pemerintah Dogiyai tak boleh salah lagi, yang selama ini banyak yang diragukan orang. Saya yakin berada di jalan yang benar untuk membantu masyarakat keluar dari keterisoliran. Pembangunan tak benar macet SDM bahkan mengolah SDA di kawasan pemerintahan dan pemerintah daerah selalu saja janji diatas janji, maka setiap kali dana APBD yang dari pusat kadang menutup malu dari utang di haluan politik.

Dalam kesempatan itu “H. Chistian Degei meminta dukungan semua pihak agar pembangunan jalan masuk di titik pusat Mapia lama tersebut berjalan lancar,”harapnya.

Dia juga tegaskan bahwa  pembangunan tersebut memiliki tujuan untuk mengangkat kehidupan masyarakat di pedalaman Atou dan sekitarnya pelosok goubuge bahkan di Sukikai selatan menjadi lebih baik, bukan BOB merebut Pemekaran Mapia Raya

“Kampung yang berada di atas Kelampu putih menutupi embun dinginnya saat mengembung awan di atas permukaan DAGOMAGA, WADOPAIKOTU, ENIHAUWO KOTU menari rembulan malam dari malaikat tebing KEPOU menyapa bergandengan tangan terdampar ria di atas AWI MOUHAGO di tengah permukaan bumi Atou dusun pengharapan,”tuturnya.

Hanya dengan ini kita bisa membuka perekonomian rakyat. Rakyat berkebun dan berusaha, Namun jalan menuju pasarnya tak ada dan rakyat tak mampu membangun infrastruktur, yang mampu hanyalah Negara yang berkewajiban,” tutup H.Christian Degei.

Pewarta : Hendrik Degei/PRP
Editor : Daniel Hagimuni

 

 

 

Pewarta : Hendrik Degei/PRP
Editor : Daniel Hagimuni

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *