NABIRE, PAPUA.RELASIPUBLIK.com – Kamar Adat Pengusaha Papua (KAPP) Kabupaten Intan Jaya bentuk tim kerja demi menyelamatkan masyarakat yang mengungsi di daerahnya. Akibat kontak senjata antara TPNPB vs gabungan TNI-Polri.
Ketua KAPP Intan Jaya, Henes Sondegau, Pihaknya mengatakan sesuai misi KAPP yaitu mendata pengungsi yang belum terdata dan terakomodir, sehingga pihaknya membentuk tim kerja dengan nama KAPP Peduli Pengungsi Intan Jaya.
“Februari sudah kami bentuk tim ini, dan sekarang tim kerja sudah melakukan pendataan jumlah warga yang mengungsi,” katanya kepada Wartawan Papua.relasipublik.com, Rabu (10/2/2021).
Ia menegaskan, pihaknya sebagai mitra dari berbagai pihak juga bertujuan untuk menumbuh kembangkan perekonomian di suatu daerah sesuai moto KAPP ‘membangun ekonomi dari dusun dan menata pembangunan dari kampung ke kota’. Sesuai dilangsir Jubi, Rabu, (10/02/2021) https://jubi.co.id/kapp-intan-jaya-mendata-pengungsi/
“Maka sekarang sisi perekonomian di Intan Jaya sudah mati, untuk itu kami tim peduli ini minta bantuan dari semua pihak terutama Pemerintah Provinsi Papua dan Kabupaten Intan Jaya. Sebab kami sama sekali tidak punya kepentingan apa-apa,”ujarnya.
Ia menambahkan, sesuai dengan misi, pihaknya juga sedang mendata pengungsi Intan Jaya. “Saya harap pemerintah harus bekerja sama dengan pihak gereja melakukan suatu kegiatan yang bisa tenangkan jiwa dari para warga ini, seperti pertandingan bola. Kasih gereja yang bikin, itu salah satu solusi kedamaian batin mereka.”
Ketua Panitia Peduli Pengungsi Intan Jaya, Krismas Bagau, pihaknya juga mengatakan sejak dibentuk tim ini, kami telah mendata kurang lebih 2.000-an warga yang telah meninggalkan rumah, kebun, kandang ternak dan segalanya hingga hijrah ke sejumlah kabupaten tetangga, yakni; Nabire, Paniai, Deiyai, Dogiyai dan Mimika.
“Distrik Hitadipa, Agisiga, dan Sugapa. Kami melihat peristiwa ini berdampak langsung pada perekonomian masyarakat sipil, mereka kehilangan semuanya. Mereka yang kaya, punya rumah, kebun, ternak harus tinggalkan semuanya. Mereka mengungsi dan tinggal di rumah orang itu bisa mencapai tiga sampai lima KK (kepala keluarga),”ungkapnya.
Menurut dia, jumlah pengungsi yang didata telah mencapai 300 orang belum terhitung data yang dimiliki anggota panitia lain.
“Data yang ada sama saya sudah 300 orang, tetapi juga ada sama anggota panitia lainnya belum diserahkan. Nanti dalam waktu dekat kami akan satukan,” ujarnya.
Ia berharap ada bantuan dari semua pihak terutama Pemerintah Kabupaten Paniai, Dogiyai, Deiyai, Mimika dan Nabire. “Kami membuka diri untuk menerima semua bantuan dari berbagai pihak. Bukan hanya bahan makanan, tapi kami juga akan mengumpulkan bantuan pakaian layak pakai dan obat-obatan. Setelah semua terkumpul kami salurkan langsung sesuai dengan data yang diperoleh.”tutup.
Pewarta : Hagimuni Dann