Nabire, Papua.relasipublik.com – Beberapa Organisasi yang gabung memperingati 1 tahun genap korbannya 4 mahasiswa anti rasisme di Expo Waena, Jayapura-papua. Dengan kegiatan Melakukan pemasangan lilin dari setiap Pengurus Organisasi dan para anggota organisasi yang ikut terlibat dalam kegiatan ini, di kali bobo hari ini Rabu (23/09/2020) di Nabire. Kepada wartawan media ini saat dijumpai.
“Menurut Ketua KPK FIM-WP Nabire, Natali Kogoya, pihaknya mengatakan bahwa merek yang Korban anti Rasis itu adalah Pahlawan, mereka korban karena mempertahankan ideologi bahwa kita rakyat Papua bukan monyet namun kita juga manusia ciptaan Tuhan dan mereka korban karena anti rasis, ungkapnya.
Pandangan Negara NKRI terhadap kami orang Papua di anggap sebagai Binatang sehingga kasus korban rasis tidak pernah di tanggapi serius atau diproses sesuai hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) oleh penegak hukum tetapi pihak Komnas HAM sudah tanggapi adanya korban nyawa anti rasisme, waktu itu, tetapi tidak sampai tuntas juga.
“Aksi pemasangan lilin ini, kami lakukan untuk memperingati semua korban anti Rasisme yang telah korban di Tanah Papua dan lebih khusunya memperingati ke-4 kawan-kawan kami yang telah gugur saat kericuhan itu,”ungkap N Kogoya.
Menurut Siwe Weya salah satu anggota organisasi KPK FIM-WP, pihaknya menjelaskan bahwa, tepat hari ini tertanggal 23/09 di mana seluruh rakyat Papua memperingati hari korban rasisme, pada saat itu seluruh Rakyat Papua turun jalan sebagai anti rasisme. Saat itu banyak Rakyat Papua yang di bantai dan dibunuh oleh TNI/Polri, Namun yang kita ketahui adalah salah satu aktivis dari Forum Independen Mahasiswa- West Papua (Ason Mujijau) dan tiga kawan lainnya.
“Kami meminta kepada Negara NKRI mulai dari Kepala Negara (presiden) dan petinggi-petinggi Indonesia, bahwa pelaku-pelaku kekerasan rasis tahun lalu kenapa di vonis selama 8 bulan tahanan lalu di bebaskan, padahal pelanggaran HAM besar, bahkan kawan-kawan kami banyak yang dapat tahan bahkan nyawa melayan, ungkap Siwe Weya
Sehingga kami minta kepada pemerintah Indonesia segera bertanggung jawab atas 4 Mahasiswa yang di tembak mati dan pelanggaran HAM lainnya yang selalu terjadi itu, memang kalau tidak menyelesaikan masalah ini maka, kami akan konsolidasi besar-besaran dan turun jalan untuk menuntut kepada Negara untuk harus selesaikan.
“Lanjut, Hari memperingati Korban Rasisme ini, mereka luncurkan pernyataan sikap, di dalam terdapat 6 point yang di bacakan oleh Ketua KPK FIM-WP Nabire, yaitu:
- Rektor Universitas Cendrawasih (Uncen) segera bertanggung jawab atas kematian 4 mahasiswa di Expo-Jayapura Papua.
- Pangdam dan Kapolda Papua segera bertanggung jawab atas penembakan 4 Mahasiswa oleh TNI-Polri di Jayapura.
- Presiden Indonesia “Ir. Joko Widodo” segera usut tuntas atas kematian 4 mahasiswa dan segera bertanggung jawab.
- Rector Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, segera cabut MOU dengan Kapolda Papua.
- Presiden Indonesia, DPR-RI dan Mahkama Agung RI, segera menghapus UU pasal Makar dan membuka ruang demokrasi bagi rakyat Papua, serta segera bebaskan seluruh tahanan rasis di seluruh wilayah Papua yang sampai hari ini masih di tahanan.
- Segera tarik militer organik dan non-organik di seluruh Tanah Papua dan stop melakukan pengiriman militer secara besar-besaran ke Papua. tutup Ketua KPK FIM-WP, Nabire, Nayali Kogoya.
Pewarta: Thorry Sondegau/PRP
Editor : Daniel Mbaugau