Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita UtamaDaerahKabupaten NabirePendidikan

KOSAPA: Gelar Pelatihan Kelas Menulis Cerpen di Nabire

41
×

KOSAPA: Gelar Pelatihan Kelas Menulis Cerpen di Nabire

Sebarkan artikel ini
Foto Bersama Setelah Pelatihan Menulis di Kantor KNPI Nabire. (Hendrik Degei/PRP)

NABIRE, PAPUA.RELASIPUBLIK.com – Komunitas Sastra Papua (KOSAPA) Menggelar pelatihan kelas menulis di aula Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Daerah Nabire, Sabtu (28/11/2020). 

Relasi Komunitas Sastra Papua (KOSAPA) adalah salah satu cerpenis muda Papua (Sesilius Kegou) asal Dogiyai kembali tergabung kedalam komunitas pelajar Mahasiswa/i kota studi Nabire.

Example 300x600

“Dengan thema: Bangkit generasi muda Papua bersama literasi. Sesilius Kegou adalah salah satu cerpenis muda Papua yang telah hadirkan buku yang bejudul (Jejak Darah dan Yamor) yang berisi tentang peristiwa yang selalu terjadi pada gubuk, ”jelasnya.

Dalam kegiatan itu, ada dua kelompok dari belasan orang masing-masing kelas cerpenis dan bahkan menyair puisi. Sementara masih ada waktu, Sesilius membuka kesan yang paling terinpirasi kepada muda-mudi Papua yang hadir dalam acara pelatihan tersebut.

“Rekaman persnya, WHO menyatakan setiap tahun, sekitar ratusan ribu orang di Papua semakin hari bertambahnya hilang jiwa OAP akibat sekelompok kapitalis atau komunitas berarti panas lain yang berkaitan darah,”jelasnya.

Menurutnya, maklumat Sesilius Kegou tentang “Bangkit Generasi Muda Papua Bersama Literasi” pada masa Pandemi Covid-19 dinilai masih ada diskriminatif. Pasalnya HAM menjalankan tak sesuai amanah undang-undang. Dia notifikasi nasib pelatihan jurnalis yang hadir di tempat kelas menulisnya.

“Lanjut Kegou, ada maklumat terkait dengan pelaksanaan pelatihan ini dengan pendapat tentang sastra cerpen dan menyair puisi. Kenapa generasi bangkit bersama literasi karena OAP itu hanya menjalankan tugasnya tak sesuai amanah, terutama pada elite politik. Tak ada jiwa membangun, hidup dibawah kaki sistem Politik dan Ekonomi lebih sakitnya SDM. Ujar Sesil, Sabtu, (28/11/2020) siang sekitar 10:25 WP di Aula Kantor KNPI Nabire.

Sementara itu, Kegou inpirasi juga membandingkan di Jakarta selama ini mana ribuan korban masa butanya dengan HAM di Papua oleh pihak pimpinan negara melalui Polri bungkam dan tak mengeluarkan maklumat, karena ancaman HAM terbesar banyak di Papua.

Sesilius Kegou, saat inspirasi bersama Komunitas Kelas pelatihan cerpen di Aula KNPI Nabire. (Hendrik Degei/PRP)

“Kami ini rakyat tertindas. Kami tak mungkin tidur terhadap apa yang terjadi di lingkungan hidup masyarakat kita. Di Papua selalu ada diskriminasi. Mahasiswa mau bicara masalah Otsus dan persoalan rakyat selalu dibubarkan paksa dengan alasan masa pandemi Covid-19, surat ijin aksi selalu dipersoalkan, elite politik diam membisuh. Nah, mari generasi mudah Papua peluru jitu jiwa kita hanya melalui kelas menulis,”mintanya.

Contoh lain, kelompok lain dengan agenda penolakan terhadap UU Omnibus Law, peresmian stadion PON dan kegiatan lain dibebaskan jalan. Semua ini tak beres. Saya minta keadilan benar-benar ditegakkan kepada generasi. Mari segera evaluasi diri dan evaluasi institusi juga evaluasi bangsa Papua memegang penah. Karena penah adalah salah satu tembok di dunia sandiwara,”tandasnya.

Demikan pula, dari pengalaman. Sejak setelah saya meninggalkan bersama orangtua keluar dan merantau untuk mencari dunia pendidikan. Saya raih untuk terbitkan buku “Jejak Darah dan Yamor” hingga hari ini kami pelajar Mahasiswa/i kota Studi Nabire, baru pertama kali lakukan. Menggelar menyair puisi dan cerpen sastra di tempat Aula Kantor KNPI kota lama Nabire.

Kegiatan pelatihan ini, secara pribadi, saya melihat runtuhnya literasi di Papua, khususnya di Nabire, sehingga saya laksanakan agar generasi baru Papua ini bisa menyuarakan soal Papua, soal diri sendiri bahkan soal apapun kepada dunia.

“Saya harap, pemerintah daerah membuka mata untuk melihat generasi muda Papua yang saat ini jiwanya mati lantaran tak didik dunia menulis. Karena Nabire adalah ketinggalan zaman, artinya: Lupa untuk geneasi mudah literasi, ”harapnya.

Lanjutan, desak dari komunitas satra telah ikut terhadap pelajar Mahasiswa/i yang tak sempat datang bahwa: Notifikasi kepada lainnya, agar bisa hadir dua minggu kedepan, (12/11/20) jumpa lagi.

Menurut pantauan media ini/ PRP yang sangat terharu ketika itu setelah, Sesil inspirasi kedepan sebuah pengalaman yang ia kembali menulis tentang HAM terutama pada sastra yang berjudul “ Natalian Di bunuh Hilang Demokrasi” dan kami berharap semoga akan adakan berlanjut bersama bangkit generasi muda Papua tetap literasi.

 

Reporter: H Thian Degei/PRP

Editor : Hagimuni Dann

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *